Jangan ada lagi anggapan bahwa anak kita
bodoh, tidak cerdas dan tidak berbakat manakala nilai rapor matematika
atau sainsnya jeblok atau ketika prestasi akademiknya tidak
menggembirakan. Tak dipungkiri, bahwa prestasi akademik, masih menjadi mindset keliru dalam menentukan cerdas atau tidak seseorang.
Bakat dan talenta bila dikelola dengan
baik akan menghasilkan produk luar biasa, kesuksesan dan eksis di
bidangnya. Itu karena, Allah SWT menciptakan manusia sosok paling sempurna (QS:At-Tiin; 4). dan menciptakan manusia dalam keragaman baik golongan suku dan bangsa (QS Al Hujuraat: 13).
Hal ini mengisyaratkan bahwa sebagai makhluk sempurna, manusia dilahirkan sekaligus dianugrahi kecerdasan dan bakat berbeda-beda sebagai bekal hidupnya.
Lingkungan dan sentuhan sekelilingnya akan memoles sehingga bakat itu
dapat terkelola menjadi investasi menguntungkan dirinya atau tidak.
Pakar psikologi, Howard Gardner dalam buku terkenalnya, Frime of Mind, memaparkan pandangannya tentang kecerdasan berganda (multiple-intelligence) yang revolusioner. Gardner menolak terhadap pandangan mengenai IQ (intelligence quotient) yang sejak awal abad ke-20 dipakai sebagai satu-satunya alat ukur kecerdasan monolitik.
Kekurangan tes IQ
adalah menyamakan logika dengan kecerdasan keseluruhan, padahal logika
hanyalah salah satu bentuk pemikiran. Menurutnya, paling tidak ada tujuh
sprektrum kecerdasan utama membekali seseorang untuk meraih sukses,
yaitu : kecerdasan linguistik, visual-spasial, matematika-logika, musik,
kinestetis, interpersonal dan intrapersonal.
Sedangkan jika menurut konsep STIFIn,
manusia di bagi dalam 5 mesin kecerdasan, yakni Sensing, Thinking,
Intuiting, Feeling, dan Insting. So, yang manakah Anda?
Ingin test kemampuan Anda?